Bukan hanya menimbulkan masalah pada penampilan, perut buncit juga bisa menjadi penyebab munculnya kondisi sleep apnea yang bisa mengancam jiwa. 

Sudah banyak penelitian yang membuktikan bahaya kondisi obesitas bagi kesehatan. Selain bisa memicu munculnya diabetes, serangan jantung, dan stroke, obesitas juga dinyatakan sebagai penyebab terjadinya obstructive sleep apnea (napas terhenti saat tidur), baik pada anak-anak maupun orang dewasa. Faktor utama yang mengakibatkan terhentinya napas adalah tumpukan lemak pada daerah leher, dada, dan perut yang mengganggu kelancaran proses pernapasan.

Sebuah penelitian yang dilakukan di Jepang menyatakan bahwa penumpukan lemak visceral (lemak yang terkonsentrasi pada bagian perut) memiliki hubungan langsung terhadap terjadinya sleep apnea pada orang dewasa. Berdasarkan penelitian, orang yang memiliki kadar lemak visceral dalam jumlah tinggi juga memiliki tingkat oksigen dalam darah yang rendah, yang merupakan salah satu ciri penting pada penderita sleep apnea.

Penelitian lain yang dilakukan di Pennsylvania State College of Medicine, Amerika, juga menemukan kaitan antara lemak visceral dan sleep apnea, bahkan pada pria yang tidak dikategorikan menyandang obesitas.

Kabar baiknya, sleep apnea bisa dirawat. Salah satu terapi yang sudah terbukti bisa mengurangi insiden sleep apnea adalah penggunaan terapi CPAP (continous positive airway pressure). Metode terapi tersebut menggunakan masker yang berfungsi mengatur tekanan udara yang masuk ke saluran napas saat tidur.

Selain itu, mengatur pola makan dan meningkatkan aktvitas fisik—terutama olahraga yang berfokus melatih otot perut, juga dianjurkan untuk mengatasi kondisi obesitas dan mengecilkan lingkar pinggang.

Dengan melakukan langkah-langkah tersebut, sleep apnea serta berbagai gangguan kesehatan lainnya akibat obesitas pun bisa diatasi secara bertahap.

 

Sumber:

http://www.sleepfoundation.org/article/sleep-topics/obesity-and-sleep

http://www.huffingtonpost.com/dr-michael-j-breus/abdominal-fat-sleep-apnea_b_3529521.html