Sebagian besar orang menganggap perut buncit merupakan musuh utama bagi penampilan. Perut buncit atau obesitas sentral (central obesity) merupakan akumulasi lemak di perut yang mengakibatkan ukuran perut meningkat.
Perut buncit menjadi masalah besar bagi banyak orang, terutama para wanita.
Selain harus ekstra mencari pakaian yang sesuai dan berpotensi mengurangi percaya diri, perut buncit juga memberikan dampak negatif bagi kesehatan tubuh.
Data Riset Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mencatat, kasus obesitas sentral tahun 2013 mencapai 26,6 persen atau naik dari 18,8 persen di tahun 2007.
Meningkatnya kasus obesitas sentral ini menyebabkan peningkatan pula pada risiko terjadinya penyakit-penyakit kronis di masyarakat, seperti diabetes.
Direktur Pusat Nutrisi Manusia di Universitas California, AS Dr Zhaoping Li mengungkapkan, timbunan lemak di perut sangat berbahaya karena selain beresiko diabetes, kanker, juga meningkatkan resiko penyakit jantung.
Apa saja penyebab perut buncit? Dalam sebuah diskusi mengenai studi Calorie Intake and Physical Study di Indonesia mengungkapkan 51,4% asupan kalori orang dewasa di Indonesia disumbang oleh karbohidrat.
Hal ini salah satunya dipengaruhi oleh kebiasaan orang Indonesia yang cenderung tidak merasa kenyang jika belum makan nasi, padahal sudah mengkonsumsi makanan lain sebagai sumber karbohidrat.
Konsumsi karbohidrat yang berlebihan dapat menyebabkan gula yang masuk ke tubuh kita juga berlebihan. Apabila aktivitas kita kurang, gula yang berlebihan tersebut akan disimpan dalam bentuk lemak.
Jika konsumsi karbohidrat berlebih dan aktivitas kurang ini berlangsung lama, bisa menyebabkan obesitas dan diabetes, obesitas tersebut termasuk obesitas sentral atau perut buncit.
Merujuk pada studi yang sama oleh Ir. Helda Khusun, MSc, PhD, survei di 5 kota besar di Indonesia menunjukkan hanya 28% orang yang melakukan aktivitas fisik, seperti peregangan (stretching) ringan dan berjalan kaki. Sementara itu, 59,4% lainnya melakukan aktivitas yang tidak banyak bergerak, seperti menonton TV atau menggunakan komputer lebih dari 6 jam per hari.
Pola hidup kurang gerak ini sering terjadi di lingkungan pekerja kantoran yang punya jam kerja yang panjang, penuh deadline serta kebiasaan mengemil sambil bekerja.
Bagaimana cara mengatasi perut buncit? Perlu perjuangan memang untuk mengatasi perut buncit bagi orang Indonesia yang terbiasa mengkonsumsi karbohidrat dari makan pagi hingga malam. Ditambah lagi kegemaran mengonsumsi gorengan, teh manis dan lainnya yang juga tinggi karbohidrat dan lemak.
Untuk mengatasi perut buncit, sebagian orang menjadikan diet sebagai cara yang paling efektif.
Berbagai metode diet dilakukan, mulai dari memakan makanan tertentu, melewatkan jam makan, hingga tidak makan sama sekali.
Cara-cara seperti itu cukup sulit sehingga membuat banyak orang yang menyerah di tengah jalan saat melakukan dietnya.
Lantas, cara diet seperti apa yang bisa mengatasi perut buncit tanpa harus menyiksa diri ? Salah satu cara diet yang efektif adalah diet Cut Carbo.
Diet Cut Carbo dilakukan dengan mengurangi porsi makanan pokok sumber karbohidrat, seperti nasi, mie, kentang goreng, pasta dan lainnya di setiap makan besar.
Selain mengurangi konsumsi karbohidrat, kita juga perlu membagi waktu makan menjadi lima kali sehari, terdiri dari tiga kali makan besar dan dua kali snack.
Snack yang dianjurkan dalam Diet Cut Carbo ialah snack yang mengandung tinggi serat dan protein.
Snack tinggi serat merupakan kunci untuk mengontrol rasa lapar, karena serat membantu kita merasa kenyang lebih lama.
Snack tersebut bisa dikonsumsi 2 jam sebelum makan besar agar tidak kelaparan saat mengurangi porsi karbohidrat.
Salah satu snack yang tinggi serat dan protein adalah SOYJOY. Snack sehat yang terbuat dari kedelai ini dicerna perlahan oleh tubuh sehingga membuat kenyang lebih lama.
Ingin hidup sehat dan bebas dari perut buncit tanpa khawatir kelaparan? Yuk, mulai dari sekarang kita lakukan Diet Cut Carbo serta aktivitas fisik secara rutin.
Penulis : Elgawaty OS/ Editor: Choirul Arifin