Meski memiliki banyak manfaat kesehatan dan merupakan sumber protein yang mudah didapat, kedelai tak lepas dari mitos yang beredar luas di masyarakat. Apa saja di antaranya?
Kedelai merupakan bahan pangan yang bukan saja mengandung protein nabati lengkap, namun juga mengandung serat, vitamin, mineral hingga isoflavon yang memberikan banyak manfaat kesehatan. Bagi mereka yang menganut diet vegan (tidak mengonsumsi produk hewani), kedelai bahkan menjadi sumber protein nabati utama yang dapat diandalkan.
Meski memiliki banyak manfaat kesehatan dan merupakan sumber protein nabati yang murah dan mudah didapat, kedelai tak lepas dari mitos yang beredar luas di masyarakat. Mitos itu misalnya makan kedelai bisa membuat pria feminin karena kedelai mengandung fitoestrogen, yang mirip dengan hormon estrogen.
Nah, apa lagi mitos tentang kedelai? Kami merangkum dalam paparan berikut ini terkait mitos vs. fakta tentang kedelai:
1. Mitos: Kedelai memicu kanker payudara
Fakta: Penelitian tentang kedelai menunjukkan hal yang berbeda antara penelitian pada manusia dan penelitian pada hewan. Dalam beberapa penelitian pada hewan, tikus yang terpapar dosis tinggi senyawa yang ditemukan dalam kedelai yang disebut isoflavon menunjukkan peningkatan risiko kanker payudara. Hal ini diduga karena isoflavon dalam kedelai dapat bertindak seperti estrogen dalam tubuh, dan peningkatan estrogen telah dikaitkan dengan jenis kanker payudara tertentu. Tapi tikus memproses kedelai secara berbeda dari manusia, dan hasil yang sama tidak terlihat pada manusia.
Kenyataannya, penelitian pada manusia, efek estrogen dari kedelai malah dapat mengurangi risiko kanker payudara. Meta analisis dari 8 penelitian (1 cohort, 7 case–control) pada masyarakat ras Asia dan Asia Amerika, melihat hubungan konsumsi kedelai dengan risiko terkena kanker payudara. Penelitian ini menunjukkan, semakin tinggi konsumsi kedelai (20 mg isoflavon per hari), maka semakin turun risiko terkena kanker payudara.
2. Mitos: Pria bisa feminin jika mengonsumsi kedelai
Fakta: Kekhawatiran tentang aktivitas fitoestrogen pada kedelai membuat sejumlah orang khawatir bahwa produk kedelai dapat menurunkan testosteron pria, tetapi studi klinis tidak mendukung ketakutan ini. Sebaliknya, pria bahkan mendapat manfaat dari mengonsumsi kedelai karena dapat mengurangi risiko kanker prostat.
3. Mitos: Kedelai bukan sumber protein yang baik
Fakta: Kenyataannya, kedelai memiliki protein yang cukup lengkap, artinya mengandung asam amino esensial yang harus kita dapatkan dari makanan karena tidak dapat dibuat oleh tubuh. Secangkir kedelai yang dimasak mengandung sekitar 22 gram protein, hampir setara dengan satu porsi steak.
4. Mitos: Kedelai bisa mengganggu kesuburan
Fakta: Kandungan fitoestrogen pada kedelai sempat menimbulkan kekhawatiran terkait gangguan kesuburan. Sebuah penelitian tahun 2008 menemukan bahwa senyawa fitoestrogen pada kedelai dapat mengurangi kesuburan pada tikus betina. Namun, hubungan ini tidak signifikan dan terjadi pada hewan. Sebagian besar penelitian lain menunjukkan bahwa makan kedelai dalam jumlah sedang bahkan dapat membantu meningkatkan peluang kehamilan pada perempuan.
Salah satu studi jangka panjang yang paling signifikan, yaitu Nurses’ Health Study II (NHS II), menemukan bahwa wanita yang mengonsumsi protein hewani dalam jumlah lebih besar cenderung memiliki masalah kesuburan. Para peneliti menyimpulkan: menambahkan satu porsi kacang polong, kacang tanah, tahu dan kacang kedelai dapat melindungi dari infertilitas.
5. Mitos: Mengonsumsi protein kedelai tidak berpengaruh pada penurunan kadar kolesterol
Fakta: Dua belas negara di seluruh dunia telah mengadopsi klaim kesehatan yang menyatakan bahwa mereka percaya bahwa protein kedelai memiliki efek menurunkan kolesterol. Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) Amerika Serikat, bersama dengan 11 negara lain di seluruh dunia, menyetujui klaim kesehatan untuk protein kedelai dan kemampuannya dalam menurunkan penyakit jantung koroner berdasarkan efek penurun kolesterol yang dimiliki protein kacang-kacangan.
6. Mitos: Makanan berbasis kedelai dapat menyebabkan hipotiroidisme
Fakta: Studi klinis menunjukkan bahwa produk kedelai tidak menyebabkan hipotiroidisme. Kedelai tidak mempengaruhi fungsi tiroid pada orang sehat dan tidak perlu dihindari oleh mereka yang minum obat untuk hipotiroidisme. Lebih dari 20 studi klinis menunjukkan bahwa isoflavon tidak mempengaruhi fungsi tiroid pada orang sehat.
Poinnya adalah, jangan takut untuk mengonsumsi kedelai. Menikmati makanan berbahan dasar kedelai dalam jumlah cukup memberikan lebih banyak manfaat daripada risikonya terhadap kesehatan dan gizi secara keseluruhan.
Nah, jangan takut untuk mengonsumsi kedelai. Jika harimu sibuk, cobalah konsumsi SOYJOY, camilan ringan yang mengandung kedelai utuh. SOYJOY hadir sebagai #Soylution; sebuah solusi dari kebaikan kedelai untuk hidup lebih sehat. Dengan kandungan nutrisi yang baik, SOYJOY dapat menjadi #Soylution untuk kamu dalam menjalani gaya hidup sehat.
Referensi:
https://www.huffpost.com/entry/soy-myths_n_5571272
https://www.health24.com/Diet-and-nutrition/Healthy-foods/3-myths-about-soy-that-you-should-stop-believing-right-now-20180226
http://www.soyfoods.org/myth