Ramadan merupakan bulan mulia yang dinantikan umat Islam di seluruh di dunia. Selama bulan Ramadan, umat Muslim di penjuru dunia menjalani ibadah puasa, bahkan bagi mereka yang menyandang diabetes mellitus tipe 2. Hasil studi EPIDIAR pada tahun 2001 di 13 negara dengan populasi Muslim yang besar (dengan sampel sebanyak 12.914 orang) menunjukkan setidaknya 79% dari sampel tersebut menjalani ibadah puasa saat Ramadan.

Bagi penyandang diabetes, berpuasa dalam jangka waktu yang cukup lama akan meningkatkan timbulnya risiko hipoglikemia, dehidrasi juga hiperglikemia. Hipoglikemia terjadi ketika penyandang diabetes tipe 2 mengalami kekurangan zat gula dari makanan yang dicerna dan diserap, sehingga kadar gula dalam tubuh menurun secara drastis.

Hipoglikemia menjadi hal yang perlu diwaspadai bagi para pasien diabetes mellitus tipe 2 yang ingin menjalankan ibadah puasa Ramadan. Risiko hipoglikemia (gula darah turun) pada pasien diabetes tipe 2 meningkat hingga 7,5 kali lipat sepanjang bulan Ramadan. Karena alasan inilah penting bagi pasien untuk mengontrol gula darah dengan baik agar puasa lancar.

Meski berpuasa di bulan Ramadan merupakan keputusan pribadi yang sangat penting sesuai dengan perintah agama, namun sebaiknya pasien diabetes berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter sebelum memutuskan berpuasa. Dan ajaran agama pun tidak memberatkan sesorang untuk berpuasa, apabila kondisi kesehatannya tidak memadai.

Ada pertimbangan medis tentang risiko tinggi yang terkait dengan puasa sehingga pasien diabetes disarankan untuk tidak menjalankan puasa. Pertimbangan medis tersebut adalah 1) kadar gula darah sangat tinggi : gula darah puasa >250 mg/dL atau gula darah sewaktu >300 mg/dL; 2) penderita diabetes melitus dengan komplikasi penyakit jantung yang tidak stabil, stroke, dan gagal ginjal; 3) penderita diabetes melitus dengan penyakit penyerta akut seperti demam, diare, dan infeksi; 4) penderita diabetes melitus yang sedang hamil, usia lanjut, atau tinggal sendiri; 5) menggunakan suntikan insulin lebih dari 2x sehari.

Mengingat puasa Ramadan menjadi tantangan bagi penyandang diabetes, semua pasien diabetes yang akan menjalankan ibadah puasa seharusnya mempersiapkan diri untuk pemeriksaan medis, yang bertujuan untuk kenyamanan pasien, mempertahankan kendali glikemik/gula darah, tekanan darah, serta lemak darah. Selama pemeriksaan medis dokter akan memberitahukan informasi tentang potensi terjadinya risiko yang mungkin dihadapi terkait dengan puasa Ramadan.

Penilaian medis tersebut sebaiknya dilaksanakan 1–2 bulan sebelum puasa Ramadan, agar dapat dilakukan penyesuaian-penyesuaian diet, aktivitas fisik dan/atau terapi obat yang digunakan.

Mengapa pasien diabetes harus mempersiapkan diri dengan baik sebelum bulan Ramadan tiba? Alasanya, selama bulan Ramadan sering terjadi perubahan besar dalam pola makan. Sebagian besar masalah kesehatan di bulan Ramadan merupakan akibat dari diet yang tidak tepat, makan berlebih, atau kurang tidur. Perubahan diet yang sering terjadi selama Ramadan adalah meningkatnya jumlah makanan dengan kandungan karbohidrat dan lemak yang tinggi, khususnya saat buka puasa.

Mestinya pola makan penyandang diabetes selama Ramadan tidak terlalu berbeda dengan hari biasa, namun disesuaikan dengan keadaan klinis serta kebutuhan khas tiap individu. Pengaturan makanan bertujuan mempertahankan masa tubuh yang konstan. Diet yang dianjurkan pada saat sahur adalah makanan yang mengandung karbohidrat kompleks, tinggi serat dan protein yang dikonsumsi sedekat mungkin dengan waktu imsak. Penyandang diabetes juga mesti mencukupi asupan cairan.

Ada sejumlah rambu-rambu yang harus ditaati penyandang diabetes saat menjalankan puasa, yaitu tahu kapan harus membatalkan puasa jika kondisi tidak memungkinkan. Tanda pasien diabetes harus menghentikan puasa adalah:

*Terjadi hipoglikemia (glukosa darah

* Pasien diabetes juga harus menghentikan puasa jika kadar adar glukosa mencapai  >300 mg/dL (hiperglikemia), atau pasien sakit.

Upaya yang dapat dilakukan pasien diabetes tipe 2 dalam menghindari hipoglikemia adalah menjalankan pola diet seimbang; beraktivitas fisik ringan; rutin memantau kadar gula darah secara berkala; serta mengonsumsi obat sesuai instruksi dokter.

Yang perlu diingat, penyandang diabetes perlu mempertimbangkan makanan dengan indeks glikemik (GI) rendah untuk memcegah lonjakan gula darah dengan cepat – hal yang tak diharapkan terjadi pada penyandang diabetes. Kedelai memiliki indeks glikemik 18, tinggi protein nabati, vitamin E, nutrisi dan serat, yang dapat memperbaiki metabolisme lemak, menurunkan kolesterol jahat, juga memiliki manfaat antioksidan. Kandungan isoflavon dan serat pangan pada kedelai dapat membantu memperbaiki resistensi insulin dan menjaga kestabilan kadar gula darah.

Nah, kini penyandang diabetes dapat menikmati kedelai dengan cara praktis dan enak, yaitu SOYJOY. Kandungan kedelai yang tinggi serat dan protein pada SOYJOY dicerna secara perlahan sehingga membantu kenyang lebih lama, membuat nafsu makan lebih terkendali sehingga dapat menjaga gula darah tetap stabil.

Referensi

https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/hypoglycemia/symptoms-causes/syc-20373685

Panduan-penatalaksanaan-DM-Tipe-2-pada-individu-dewasa-di-bulan-Ramadan-PERKENI-2015(2).pdf

https://www.diabetes.co.uk/diet/fasting-and-diabetes.html

bandarqq http://origin-widgets-assets.stats.com/index.html http://planet.opennews.org/ https://farisfanani.id/wp-includes/bandarqq/ https://farisfanani.id/wp-includes/dominoqq/ https://ojs.stie-tdn.ac.id/pages/depo-25-bonus-25/ https://www.soyjoy.id/uploads/bandarqq/ https://www.soyjoy.id/uploads/dominoqq/ https://www.soyjoy.id/uploads/pkv-games/ http://files.follettcommunity.com/index.html bandarqq dominoqq