Bukan sekadar memangkas kualitas asupan gizi, gangguan makan juga bisa mengakibatkan akibat yang lebih buruk bagi penderitanya. Bisakah diatasi?

Terpengaruh tayangan iklan, memiliki tubuh ramping bagai supermodel adalah impian mayoritas orang saat ini. Padahal, tubuh langsing bukan jaminan bahwa fisik kita sehat dan kuat. Selain itu, tak sedikit pula di antara kita yang menjalani pola hidup tidak sehat dan minim bergerak sehingga sulit mencapai berat badan ideal. Lantaran didera obsesi tentang berat badan, muncullah berbagai jenis gangguan makan (eating disorders) yang mayoritas dialami oleh kaum wanita. Berikut tiga diantaranya:

1. Anoreksia

Penderita anoreksia memiliki sudut pandang yang terdistorsi akan kondisi tubuhnya sendiri. Mereka selalu merasa gemuk meski pada kenyataannya memiliki berat badan ideal atau bahkan terlampau kurus. Ciri penderita anoreksia yang paling bisa diamati adalah seringkali menolak untuk makan, giat (bahkan cenderung terlalu giat) berolahraga, dan malu bila kelihatan sedang makan di depan umum meski dalam porsi sedikit. Berdasarkan riset yang dilakukan di University of Zurich, Swiss, penderita anoreksia memiliki risiko kematian 18 kali lebih tinggi dibandingkan orang normal.

2. Bulimia

Sama seperti penderita anoreksia, pengidap bulimia juga terobsesi untuk memiliki tubuh ramping. Hanya saja, mereka yang mengidap bulimia menyalurkan obsesi tersebut dengan mengeluarkan kembali semua makanan yang sudah dikonsumsinya, entah dengan cara muntah (menggunakan bantuan sikat gigi yang ditekan ke pangkal lidah), minum obat pencahar, ataupun dengan olahraga berlebihan. Penderita bulimia senang makan dalam porsi normal, namun kemudian merasa bersalah karena telah memasukkan kalori ke dalam tubuhnya. Emosi negatif tersebut baru bisa diatasi setelah makanan berhasil dikeluarkan kembali dari tubuhnya.

3. Binge Eating Disorder (BED)

Gangguan BED ditandai dengan hilangnya kendali diri pada saat menyantap makanan. Serupa dengan pengidap bulimia, penderita gangguan BED punya kebiasaan untuk makan dalam jumlah berlebihan. Bedanya, jika penderita bulimia berusaha mengeluarkan makanan kembali, tidak demikian halnya dengan pengidap BED. Ketika sedang “kambuh” atau istilahnya sedang mengalami “binge episode”, penderita bisa makan terus-menerus hingga jauh melampaui batas kenyang dan kerap kali mengalami gangguan pencernaan akibat makan terlalu banyak.

Apa bahayanya bila seseorang dinyatakan positif menderita gangguan makan? Tak lain adalah meningkatnya risiko serangan berbagai jenis penyakit, mulai dari anemia (kekurangan sel darah merah), gangguan pencernaan, osteoporosis (tulang keropos), gigi lekas tanggal, tekanan darah tinggi, diabetes, hingga penyakit gagal jantung dan kerusakan otak.

Untungnya, pakar kesehatan sedunia percaya bahwa gangguan makan bisa diatasi dengan melibatkan dukungan dari psikolog, ahli nutrisi, serta keluarga dekat. Jika  masalah psikis yang menjadi biang keladi munculnya gangguan makan bisa diatasi dengan baik, maka selanjutnya giliran pakar nutrisi turun tangan untuk membantu menerapkan pola makan sehat. Terakhir namun terpenting adalah dukungan dari keluarga dan orang terdekat untuk membantu menguatkan motivasi. Dengan komitmen yang kuat, maka kesembuhan yang diinginkan akan lekas tercapai.

 

Sumber: mayoclinic.org; nimh.nih.gov; psychiatry.org