Melewati awal tahun 2025, semakin banyak pemberitaan terkait dengan masalah kesehatan yang cukup mengkhawatirkan dan perlu menjadi perhatian kita saat ini, yaitu adanya peningkatan penderita Prediabetes dan Diabetes Melitus jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal ini terbukti dari perbandingan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 20181 dan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 20232, dimana angka penderita Diabetes Melitus pada penduduk berusia ≥ 15 tahun meningkat dari 10,9% menjadi 11,7%. Hasil temuan pada SKI ternyata lebih tinggi jika dibandingkan estimasi prevalensi dari International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2021 loh3!
Namun, tahukah kamu bahwa diabetes sebenarnya dapat dicegah sejak fase prediabetes dengan melakukan perubahan gaya hidup dan perawatan yang tepat? Yuk, kita bahas lebih lanjut tentang pentingnya skrining prediabetes sebagai mid-year check point!
Diabetes dan Prediabetes di Indonesia
Diabetes adalah kondisi di mana kadar gula darah seseorang melebihi batas normal. Kondisi ini dapat menyebabkan berbagai komplikasi serius seperti penyakit jantung, kerusakan saraf, dan masalah penglihatan4.
Di Indonesia, prevalensi diabetes terus meningkat akibat gaya hidup yang tidak sehat dan kurangnya kesadaran akan pentingnya pemeriksaan rutin1,2.
Prediabetes adalah suatu kondisi di mana kadar gula darah seseorang lebih tinggi dari normal, tetapi belum cukup tinggi untuk didiagnosis sebagai diabetes tipe 2. Prediabetes dapat diidentifikasi dari hasil gula darah puasa (GDP) sebesar 100-125 mg/dL; atau gula darah 2 jam setelah TTGO 140-200 mg/dL; atau HbA1c 5,7-6,4%4.
Di Indonesia sendiri, 1 dari 3 orang berusia ≥ 15 tahun yang diperiksa gula darahnya memiliki hasil yang tergolong ke dalam prediabetes2.
Prediabetes adalah tanda peringatan bahwa kamu berisiko tinggi terkena diabetes. Pada pengamatan individu dengan prediabetes dalam perkembangannya mempunyai 3 kemungkinan, yaitu berkembang menjadi diabetes, tetap sebagai prediabetes, dan sepertiganya akan kembali ke gula darah normal. Namun, dengan deteksi dini dan perubahan gaya hidup yang tepat, prediabetes bisa diatasi sebelum berkembang menjadi diabetes5.
Siapa saja yang disarankan untuk melakukan pemeriksaan prediabetes secara rutin4?
- Orang yang memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT) ≥ 23 kg/m²
- Memiliki riwayat keturunan diabetes dalam keluarga
- Aktivitas fisik harian yang kurang
- Hipertensi atau tekanan darah tinggi (≥ 140/90 mmHg)
- HDL <35 mg/dL dan atau trigliserida >250 mg/dL
- Wanita dengan sindrom polokistik ovarium (PCOS)
- Wanita dengan riwayat diabetes gestasional atau riwayat melahirkan bayi dengan berat badan >4 kg
- Serta memiliki riwayat pemeriksaan prediabetes sebelumnya
Pola Hidup Sehat untuk Mencegah Prediabetes Berkembang menjadi Diabetes
Mengubah gaya hidup adalah kunci untuk mencegah prediabetes berkembang menjadi diabetes. Berikut ada beberapa tips pola hidup sehat yang dapat kamu terapkan nih!
1. Makan Sehat
Beberapa studi menyimpulkan bahwa pengaturan pola makan dapat mengurangi risiko prediabetes berkembang menjadi diabetes sebesar 32%6. Utamakan konsumsi makanan yang tinggi serat, seperti sayur-sayuran, buah-buahan, dan biji-bijian. Makanan yang tinggi gula dan lemak juga sebaiknya dihindari7. Selain itu, pilihlah makanan atau camilan yang mempunyai indeks glikemik rendah, seperti SOYJOY yang terbuat dari kedelai utuh, tinggi protein dan serat sehingga bisa bantu jaga gula darah kamu tetap stabil.
2. Aktivitas Fisik dan Olahraga
Aktivitas fisik dan olahraga merupakan bagian yang tidak kalah penting dalam penanganan prediabetes. Proporsi penderita diabetes usia 18-59 tahun yang melakukan aktivitas fisik kurang, 1,5 kali lebih tinggi dibandingkan penderita diabetes yang melakukan aktivitas fisik cukup. Studi membuktikan aktivitas fisik dan olahraga dapat menurunkan risiko diabetes sampai dengan 42% dan apabila dikombinasikan dengan perbaikan pola makan, risiko dapat menurun hingga 58%2.
Hal ini karena peningkatan aktivitas fisik dan olahraga dapatmenurunkan peningkatkan kadar gula darah setelah makan, memperbaiki metabolisme tubuh, serta membantu memperbaiki respon tubuh terhadap hormon insulin yang mengatur kadar gula dalam darah. Lakukan aktivitas fisik dan olahraga setidaknya 150 menit dalam seminggu, seperti berjalan kaki, jogging, bersepeda, atau latihan angkat beban untuk meningkatkan massa otot tubuh5.
3. Pantau Berat Badan
Mencapai dan menjaga berat badan ideal dapat membantu mengurangi risiko diabetes. Sebuah studi menunjukkan bahwa penurunan 1 kg berat badan akan menurunkan risiko diabetes sebesar 7%8. Selain memantau berat badan secara keseluruhan, penting juga untuk memperhatikan lingkar perut kamu jangan sampai tergolong obesitas sentral (lingkar perut >80 cm untuk wanita dan >90 cm untuk laki-laki). Berdasarkan salah satu penelitian di Jepang, individu dengan obesitas sentral memiliki risiko 72% lebih tinggi terkena diabetes dibandingkan individu tanpa obesitas sentral9. Pada penderita diabetes usia 18-59 tahun yang tergolong obesitas sentral, jumlahnya 3 kali lebih tinggi dibandingkan penderita diabetes yang memiliki lingkar perut dibawah itu.
4. Hindari Konsumsi Alkohol dan Merokok
Setelah mengatur pola makan, berolahraga, dan menjaga berat badan ideal, kini saatnya juga untuk mulai mengurangi kebiasaan buruk seperti merokok dan mengonsumsi alkohol. Merokok dapat meningkatkan risiko diabetes dan komplikasi lainnya. Terdapat peningkatan risiko dua kali lipat untuk menjadi diabetes pada individu yang merokok dibandingkan dengan mereka yang tidak merokok5. Selain itu, alkohol pada umumnya memiliki kandungan gula yang cukup tinggi sehingga dapat meningkatkan risiko diabetes.
Meningkatnya jumlah penderita diabetes di Indonesia adalah masalah serius yang perlu perhatian kita semua. Namun, dengan melakukan pemeriksaan prediabetes secara rutin, kita dapat mendeteksi kondisi ini sejak dini dan mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan. Pola hidup sehat seperti memilih makanan bergizi, berolahraga rutin, dan menjaga berat badan ideal adalah langkah-langkah penting untuk mencegah prediabetes berkembang menjadi diabetes.
Jadi, jangan ragu untuk melakukan pemeriksaan rutin dan memulai perubahan gaya hidup sehat sekarang juga, ya!
Referensi:
- Kemenkes, R. I. (2018). Laporan hasil riset kesehatan dasar (RISKESDAS) Indonesia tahun 2018. Riset Kesehatan Dasar, 2018, 182-183.
- Kementerian Kesehatan, R. I. (2023). Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023. Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI.
- Federation, I. D. (2021). IDF diabetes atlas, tenth. International Diabetes.
- PERKENI. (2021). Pedoman pengelolaan dan pencegahan Diabetes melitus Tipe 2 Dewasa di Indonesia. PB Perkeni, 46.
- PERSADIA dan PERKENI. (2019). Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Prediabetes di Indonesia 2019. Surabaya: Airlangga University Press. ISBN 987-602-473-588-3
- Evert, A. B., Dennison, M., Gardner, C. D., Garvey, W. T., Lau, K. H. K., MacLeod, J., … & Yancy Jr, W. S. (2019). Nutrition therapy for adults with diabetes or prediabetes: a consensus report. Diabetes care, 42(5), 731.
- NICE. (2019). Type 2 Diabetes: prevention in people at high risk. National Institute for Health and Care Excellence 2019.
- Haw, J. S., Galaviz, K. I., Straus, A. N., Kowalski, A. J., Magee, M. J., Weber, M. B., … & Ali, M. K. (2017). Long-term sustainability of diabetes prevention approaches: a systematic review and meta-analysis of randomized clinical trials. JAMA internal medicine, 177(12), 1808-1817.
- Cao, C., Hu, H., Zheng, X., Zhang, X., Wang, Y., & He, Y. (2022). Association between central obesity and incident diabetes mellitus among Japanese: a retrospective cohort study using propensity score matching. Scientific Reports, 12(1), 13445.
Author : Dian Rahma – Scientific & Regulatory Affairs
Editor : Deny Nurkhaedi Ramadhani – Graphic Design Marketing SOYJOY